( Serang, 23
September 2014)
Udah,
Jalani Aja
Singgasana
surya telah pancarkan sinarnya.Mencoba mengintip lalu menyeruak masuk melalui
celah-celah jendela kamar.Hangatnya menerpa wajah dan membuatku membuka
mata.Aku mendengar burung-burung kecil bernyanyi seakan menyambut pagiku yang
menyenangkan.
Drrtt….drrrrt….drrrtt….
Sebuah
pesan baru tertera dilayar handphone.Segera kuraih handphone dan
membukanya.Senyumku mengembang seketika membaca pesan dari seseorang yang
sangat aku cintai.Lengkap sudah pagiku disambut dengan sejuta kebahagiaan.Tanpa
menunggu waktu lagi, aku segera beranjak dari tempat tidur untuk menghirup
sejenak udara pagi yang sejuk.
OMG Hello…… Selamat Pagi ^_^
Banten. Sebentuk
nama yang selama ini aku sanjung-sanjung. Nama yang tersemat dalam dasar lubuk
hati.Nama itu pulalah yang mewarnai hidupku selama ini.Ia adalah kota dimana
aku harus mempertaruhkan hidupku demi sebuah pendidikan. Pendidikan impianku
yang sangat aku cintai.
Dua
tahun lalu, aku datang ke Banten dengan restu orang tuaku untuk menimba ilmu
dibangku kuliah.Keluargaku sendiri berada disebuah desa paling ujung utara Kota
Purworejo.
Aku
mengenal Untirta lewat sebuah lembaga bimbingan belajar yang bernama Ganesha
Operation.Tutorku menyarankan memilih Universitas yang Passing Gradenya
tergolong kecil, agar aku tetap bisa masuk ke Perguruan Tinggi Negri.Karena
memang dari awal prioritas utamaku masuk Universitas Negri.
Sudah
empat semester lebih aku menyandang status sebagai seorang Mahasiswa.Selama itu
pulalah sudah aku rasakan pahit manisnya kehidupan.Entah karena masalah
pribadiku, tugas kampus, atau jadwal kuliah dadakan dan dosen yang terkadang
memberi harapan palsu.Semua aku lewati dengan penuh kesabaran, meski jenuh
sempat hinggap dalam pikiran.Aku dan teman-temanku tetap semangat juang
menikmati masa kuliah ini sampai sekarang.
Pemandangan senja
ditempat aku dan teman-teman datangi memang selalu mengundang rindu.Seperti
biasa, aku menghabiskan soreku ditempat itu bersama teman-temanku.Jaraknya
hanya beberapa kilometer saja dari kosanku.
Sore
itu kakak ku yang memang saudara perempuanku satu-satunya mengirim sebuah pesan
melalui jejaring sosial.Kakak ku itu memang sangat baik hati.Aku jadi semakin
rindu saja.
“Dek….,”
panggilnya halus kepadaku.
“Iya
mba, ada apa? Kangen aku ya?” ujarku sambil bercanda.
“Walaupun
sekarang kita tidak bisa bersama-sama, kamu jangan sedih ya, jaga dirimu
baik-baik.”
“Mba
ko ngomong gitu sih? Adek kan ngga selamanya disini. Adek harus pulang.Adek
disini hanya sekadar menimba ilmu.”
“Iya
mba tau itu.Tapi kita engga tahu rencana Allah kedepan.Kita juga ngga tau
dimana tempat tinggal nanti.Aku Cuma pengen adek bisa menerima kenyataan kalau
engga selamanya kita bersama.”
Aku
terdiam.Hanya air mata yang tumpah ruah mewakili perasaanku saat itu.Memang,
masa kuliahku disini baru seumur jagung.Masih banyak semester yang harus aku
tempuh. Artinya, aku akan pulang ke kampung halaman beberapa tahun lagi.
Tanpa aku sadari,
memori otakku berputar 180 derajat mengingatkanku pada masa pertama aku datang ke
Banten.
“Adek
hati-hati ya, jangan lupa kabari mba terus,” ucap kakak ku sembari membantu
merapikan barang bawaanku.Sebentar lagi keretaakan berangkat.
“
Iya mba. Sudah tenang aja.”
Tak
lama petugas keteta api terlihat melambai-lambaikan tangan kepada para
penumpang untuk segera naik bus. Aku mencium tangan ibu, bapak dan kakak ku,
dan akupun pamit.
“Dek
hati-hati disana.Jaga diri baik-baik,” pesan kakak ku sebelum aku pergi.
“Mba
juga hati-hati.Adek pasti baik-baik saja.”Ucapku sembari menahan air mata.
“Ya
sudah, adek berangkat yaa.Assalamu’alaikum,” ucapku sembari berlalu.
“Wa’alaikumsalam,
dek”. Jawab ibu,bapak dan kakak ku.
Satu
menit kemudian kereta melaju perlahan meninggalkan stasiun Purworejo.Kulihat
ibu,bapak dan kakak ku melambaikan tangannnya padaku.Aku membalas dengan
senyuman dan lambaian tangan.Air mataku sudah mengalir deras sejak aku naik
kreta.
Sekarang,
stasiun kereta api sudah tak terlihat namun pandanganku masih belum beranjak.
Aku masih menangisi atas kepergianku ini.Aku masih tak percaya ini terjadi
begitu cepat.Sekarang tinggallah aku sendiri disini bersama kehidupanku yang
baru, juga kenangan dan bayangan keluargaku disana.
Sudah beberapa
bulan aku menjalani hari-hari tanpa kehadiran keluargaku.Kesibukan keluargaku
disana membuat kami jarang berkomunikasi.Entah kesibukan di tempat kerja,
kesibukan di rumah, atau kesibukan bersama teman dan tetangganya.
Ibuku berprofesi sebagai seorang guru di Madrasah
Ibtidaiyah Ma’arif NU, sekolah dimana aku belajar saat usia SD. Bapak aku juga
seorang guru di SD N Guyangan yang cukup jauh dari rumah. Sedangkan kakak ku
sudah bekerja di sebuah minimarket yang memang cukup jauh pula.Awal aku disini,
keluargaku masih lumayan sering menghubungiku.Namun lama-kelamaan waktu yang
kami miliki semakin sempit.Kakak ku mulai jarang menghubungiku.
Hari,
minggu, dan bulan akan aku lewati dengan penuh kesabaran dan keikhlasan. Pagi
berganti malam, sampai malam berganti pagi lagi, semua terasa hambar.Kadang
bahagia, lebih sering sedih.Kadang tersenyum namun ceria itu dengan mudahnya
kandas oleh air mata.
Seperti
burung yang kehilangan sebelah sayap, begitulah diriku.Mencoba bertahan dengan
keadaan yang menyiksa.Apalagi beberapa hari lalu kakak ku mengatakan sesuatu
yang membuatku semakin gila. Ibu dan bapak PLGP di jogja! Tidak bisa
diganggu.Padahal PLPG itu memakan waktu sepuluh hari.
Sudah
kucoba untuk menyibukkan diri namun tetap saja, bayangan keluargaku selalu
menghantui dan mengundang air mata.Dalam keadaan ramai pun kesedihan tentang
keluargaku masih enggan pergi dari pikiranku.
“Dek..,” suara
bapak ku di seberang sana melalui handphone.
“Iya
be, babe lagi apa?”
“babe
lagi istirahat. Kamu udah makan belum? Sehat kan? Uang saku kamu masih ada?”
“Udah
be,Alhamdulillah aku sehat dan uang saku
ku masih ko. Babe udah makan belum? Babe juga sehat kan?” Tanya ku.
“Babe
udah makan tadi bareng-bareng temen babe.Dek, kamu jaga kesehatan jangan telat
makan.Babe disini sibuk banget, mungkin babe akan jarang menghubungi adek.”
“Ngga
papa be, babe fokus PLPG dulu jangan mikirin aku disini, aku baik-baik saja.
Aku pengen babe sama ibu lulus ujiannya. Pokoknya babe ngga usah mikirin aku
yang macem-macem.”
“Iya
dek, doain babe sama ibu. Kamu di jaga sholatnya yaa..”
“Iya
be, InsyaAllah. Aku akan menjaga sholatku.”
Suasana
hening seketika.Sebisa mungkin aku menahan air mata yang sudah dipelupuk
mata.Aku tak ingin bapak ku mendengar aku menangis.
Suara anak-anak
yang keliling lingkungan kosan sambil memukul kentongan membangunkan orang
sahur, cukup sukses membangunkanku.Kuraih handphone untuk menelepon orang
tuaku.Nomornya sudah di alihkan panggilan.Kali ini benar-benar tak ada
keluargaku yang menemani waktu sahurku.
Mungkin
benar kata bapak, bapak dan ibuk benar-benar sibuk.Tak terasa cairan bening
mulai mengalir membasahi pipiku.Kupeluk guling erat-erat sambil membayangkan
orang tua dan kakak ku yang aku peluk. Aku seperti sudah gila! Mungkin sebentar
lagi aku benar-benar gila!
Bapak, ibu, mba lagi apa disana? Kalian baik-baik saja kan?
Tau enggak? Adek kangeeeeeen banget sama kalian !adek disini enggak pernah
berhenti mikirin kalian. Adek selalu doain biar kalian di sana selalu baik-baik
saja. Adek selalu sabar nungguin kabar kalian. I Love you my family. I miss you
: ’( : - *
Begitulah
isi tulisan singkatu di Microsoft Word yang aku simpan sebagai diary mini.Sebenarnya banyak yang ingin
aku tulis mengenai perasaan ini, tapi hati sudah tak kuat menahan rindu yang
terasa begitu menyakitkan.Air mata sudah tak mampu ku bendung lagi membasahi keyboard laptop.
Ramadhan
tahun ini sungguh berbeda dari tahun lalu. Bulan penuh berkah setahun lalu
penuh dengan kenangan manis. Ngabuburit bersama, membelikan makanan dan minuman
kesukaanku untuk berbuka, jalan-jalan setelah salat tarawih.Semua dikemas
dengan penuh cinta dan kemesraan. Sementara, tahun ini hanya bisa mengenang
kenangan manis itu tanpa bisa mengulanginya lagi.
Rinduku
benar-benar berkarat kepada keluargaku.Tak ada detik maupun menit yang aku
lewatkan tanpa memikirkan mereka.Rindu yang mencekik ini sudah membuat jiwaku
semakin lemah.
“Assalamu’alaikum
dek.,” Sapa ibu dan bapak ku di telepon siang itu.
“Wa’alaikumsalam,
babe ibuk,” jawabku bersemangat.
“Maaf
ibuk sama babe baru bisa hubungi lagi.Mumpung lagi isoma.”
“ih
ibu babe, adek kangen,”
Lanjut
ke obrolan hangat dan candaan khas kami kembali terjalin. Setengah jam lebih
kami bercengkerama lewat telepon dengan penuh kebahagiaan.
Akhirnya
kututup telepone dengan sejuta kebahagiaan. Walau akan berkomunikasi saat-saat
tertentu, sudah sangat berarti bagiku. Tidak akan kusia-siakan waktu yang
sempit ini dengan membuang percuma kesempatan yang ada.
Segala
cobaan akan terasa indah bila kita melaluinya dengan ikhlas dan sabar, walau
rasanya sangat menyiksa. Semua itu hanyalah menjadi benteng pertahanan agar
kita menjadi manusia yang pandai bersyukur, dan mendewasakan diri sendiri.Jarak
memang kejam telah memisahkan aku dan keluargaku bermil-mil jauhnya.Namun tak
ada yang bisa memisahkan hati kami. Hanya waktu yang akan merenggut aku dari
keluargaku.
Catatan:
Pada
suatu waktu, panah cinta pada pendidikan telah menjadikan seorang insan terpaut
dalam satu kisah.Sayang, bukan restu atau perbedaan status bak dongeng-dongeng
cinta yang memisahkannya dengan keluarga.Melainkan jarak yang membuatnya dengan
keluarga tak bisa leluasa bersua kapan saja.
Sejak
itu semua tersa pedih, rindu dendam, galau.Hanya sayup-sayup sapa dan kabar
dari seberang yang bisa menawar duka hati.
Saat
rindu sudah meletup, laut dan gunung pun tak akan menyiutkan nyali. Meski uang
tinggal sepeser, hidup seadanya, apapun akan dijalani demi pertemuan-singkat
dengan keluarga menjadi begitu berharga.
Tumpukan
tiket akan menjadi saksi bisu perjuangan itu. Stasiun cinta yangakan bercerita
tentan seorang insan yang akhirnya bersua dengan keluarga. Demi apa? “ Tentu
demi cinta. Cintanya pada pendidikan dan keluarga.” Begitu ujar seorang
distancer
Dava Ayyu
Tentang
Penulis
Dava
Ayyu,
adalah nama pena dari Dyah Ayu Febriani. Seorang penulis pemula yang masih
mencari jati diri. Terlahir di kota Purworejo pada tanggal 15 Februari 1994.
Penulis berhijab ini tercatat sebagai mahasiswi Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, semester lima ( genap ) di
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Gadis pecinta bulan yang menyukai sastra
sejak kelas empat SD, namun baru bergabung dalam dunia
kepenulisan sejak September 2014. Saat ini baru menghasilkan satu karya tulis
yang berjudul “ Udah, Jalani aja”.
Awalnya
dia menyukai puisi, karena puisi baginya seperti aliran darah; mengalir dalam
seluruh tubuh dalam hidup. Kegiatannya sekarang adalah kuliah dan menulis
dengan setatus Sosial Media sebagai korbannya.dunia
Putri
bungsu pasangan bapak Suyadi dan ibu Rokhayah ini ingin sekali menekuni dunia
kepenulisan. Menulis baginya adalah membahasakan apa yang sedang dipikirkan
hati dan bermimpi suatu saat nanti bias menerbitkan buku tentang kumpulan
impiannya.
Fb : Dyah Ayu Febriani
( Dava Ayyu )
CP : 085729554161
NAMANYA MIRIP AYU SUMEDANG ...AKU GA BISA LUPA DGN NYA
BalasHapus